Tuesday 25 February 2014

Jadilah Berguna Sepanjang Usia Seperti Pisang

Pohon pisang,sebagai anggota famili Musaceae banyak terdapat di daerah tropis. Semua bagian tumbuhan ini bisa dimanfaatkan. Mulai dari daun untuk pembungkus makanan, pelepah untuk barang kerajinan, hingga buahnya untuk dikonsumsi.

Pohon pisang memberi manfaat filosofis sekaligus menjadi maha guru bagi manusia. Perlu waktu lebih dari 5 bulan agar kita dapat menikmati manfaat buah pisang. Namun jauh sebelum menghasilkan buah, pohon pisang sejak ukuran kecil telah bermanfaat, yakni kegunaan daun bagi penanamnya.
 
 nowpublic.com
Kepopuleran buah pisang sendiri karena ia dapat dijumpai sepanjang musim tanpa mengenal waktu. Musim hujan ataupun kemarau, tingkat adaptasi pisang dapat membuatnya berbuah sepanjang tahun. Pohon hanya akan mati setelah menghasilkan buah.

Pada beberapa spesies, batang yang telah dipotong akan tumbuh batang baru pada lingkar tengah. Tunas muda pun akan muncul disekeliling pohon utama, tunas baru yang identik dengan pohon utama. Bahkan ketika ia telah membusuk, di tangan-tangan manusia kreatif, belakangan bonggol pisang diolah menjadi inovasi bahan pangan seperti keripik.

Demikian pula manusia, hendaknya bisa berguna layaknya pohon pisang. Sedari muda, kiranya manusia dapat berguna seperti daun pisang. Memberikan guna dan karya bagi orangtuanya, meskipun belum mencapai umur.

Ketika dewasa, sifat berkarya ini haruslah dilakukan terus-menerus sepanjang tahun untuk masyarakat di mana pun ia berada. Tentu dengan prasyarat pantang menyerah sebelum ia memberikan sesuatu untuk orang lain.

Berkaitan dengan tunas-tunas yang tumbuh di sekitarnya, ibarat manusia yang telah dewasa, ia menularkan ilmu dan sifat pada manusia-manusia muda. Manusia berbibit unggul tentu akan memberikan tunas unggul pula pada lingkungannya.

Ketika manusia tersebut masuk alam baka, seperti kata pepatah, ‘manusia mati meninggalkan nama’. Bagi manusia yang memiliki jasa dan karya, ia akan dikenang dan segala pemikirannya akan tetap bermanfaat bagi mereka yang dapat memanfaatkan.

Sudahkah kita berkarya dan berguna layaknya pohon pisang?




 
Sumber:
intisari

Monday 17 February 2014

Clean Room, Ruang Khusus Tempat Ilmuwan dan Teknisi NASA Bekerja

Membuat sebuah wahana antariksa yang mampu bekerja dengan maksimal dengan kondisi lingkungan yang ekstrem dan jarak yang jauhnya berjuta-juta kilometer dari Bumi tidaklah mudah.

Ilmuwan harus membuat wahana itu sesempurna mungkin sehingga saat diluncurkan semua instrumen bisa bekerja dengan baik sesuai yang diharapkan. Sebab jika terjadi sedikit saja kesalahan, maka tidak ada cara untuk memperbaikinya dan seketika itu juga wahana antariksa dengan harga berjuta-juta dolar tersebut akan berubah menjadi sampah luar angkasa.



Ilmuwan dan teknisi NASA sedang mengerjakan pembuatan satelit STEREO dalam clean room.
Image credit: NASA

Hal itulah yang membuat para ilmuwan NASA dituntut untuk bekerja dengan tepat, teliti, dan cermat untuk menghindari kesalahan seminimal mungkin bahkan sebisa mungkin nol persen. Biasanya mereka bekerja dalam ruangan yang disebut dengan "Clean Room" atau yang biasa diterjemahkan sebagai kamar / ruang bersih atau kamar steril.

Tidak sembarang orang bisa memasuki Clean Room tersebut. Hanya orang yang mempunyai akses khusus yang bisa masuk. Itu pun dengan syarat mereka harus menggunakan serangkaian perlengkapan seperti baju khusus, masker, penutup rambut, sepatu khusus, sarung tangan dan sebagainya.

Bahkan tidak jarang mereka harus mandi atau disemprot dengan cairan tertentu untuk menyeterilkan diri. Itu diperlukan untuk menghindari kontaminasi dari debu, partikel kimia atau bahkan mikroba pada peralatan atau instrumen yang sedang dikerjakan.

Clean room sendiri menurut sejarah pertama kali dikembangkan oleh fisikawan Amerika, Willis Whitfield dari Sandia National Laboratories. Clean room yang dibuatnya sangat efektif.

Udara yang masuk ke clean room terlebih dulu disaring dari partikel debu dan sebagainya kemudian secara teratur diresirkulasi melalui High Efficiency Particulate Air (HEPA) atau Ultra Low Penetration Air (ULPA) untuk menghilangkan kontaminan yang berasal dari dalam clean room.

Terkadang dalam clean room juga dilengkapi dengan ionizers untuk mengatur kelembaban. Jika terjadi kebocoran gas dalam clean room, maka kebocoran itu langsung bisa dikeluarkan melalui saluran yang berbeda dengan saluran udara bersih.

Peralatan yang ada dalam clean room juga harus steril sebab bisa jadi udara yang tadinya bersih menjadi tercemar akibat peralatan itu.

Ada beberapa standar yang banyak digunakan dalam desain clean room di Amerika yakni US FED STD 209E cleanroom standards, ISO 14644-1 cleanroom standards, BS 5295 cleanroom standards, dan GMP EU classification yang mengatur tentang jumlah dan ukuran partikel yang dapat ditoleransi dalam suatu volume udara. Berikut adalah macam-macam sistem aliran udara pada clean room:



Aliran udara lurus searah pada clean room. Image credit: Rudolf Simon



Aliran udara berputar pada clean room. Image credit. Rudolf Simon


Instrumen yang perlu dikerjakan dalam clean room yakni instrumen yang sangat sensitif dengan partikel asing, seperti instrumen laboratorium, semikonduktor, bioteknologi dan sebagainya. Sebab jika instrumen itu tercemari, maka hasil yang diharapkan dari kinerja instrumen itu juga akan berbeda dan tidak sesuai dengan harapan.

Biasanya ilmuwan NASA mengerjakan satelit, wahana pengorbit, robot, wahana penjelajah dan sebagainya dalam clean room ini. Salah satunya adalah cermin (mirror) reflektor dari teleskop James Webb.

Sebuah cermin reflektor harus bersih dari partikel apapun agar bisa memantulkan gelombang dan sinar secara maksimal sehingga obyek yang sedang diamati bisa jelas terlihat dan data yang diproses bisa akurat.


Ilmuwan NASA memeriksa cermin reflektor teleskop James Webb yang akan dipasang.
Image credit: NASA




Ilmuwan NASA mengerjakan pembuatan wahana MSL (mars Science Laboratory)
atau wahana crane untuk menurunkan Curiosity di Mars. Image credit: NASA




Ilmuwan NASA sedang melakukan tes dan uji coba pada instrumen Curiosity.
Image credit: NASA


Sumber :
astronomi.us

Panel Surya Sekarang Bisa Diinjak

Selama ini instalasi panel surya masih merepotkan. Harus dipasang di atap, atau membangun tiang khusus untuk pemanfaatan tenaga matahari. Terlalu banyak makan tempat. Masalah ini menimbulkan ide tim di The George Washington University (GW) membuat panel surya yang bisa diinjak-injak.
 
 
Panel surya yang disebut "the walkable solar-paneled pathway " sanggup menahan beban hingga 400 kg dan dilengkapi dengan bahan anti slip yang membuat setiap pejalan kaki tidak akan terpeleset ketika berjalan diatasnya.

Panel surya yang dibuat saat uji coba dengan luas 9,3 meter persegi terdiri atas 27 panel, dan mampu menghasilkan listrik sampai 400 watts yang bisa menghidupi 450 lampu LED yang dipasang di jalanan sekeliling panel surya tersebut.
 

 
 
Untuk merealisasikan proyek ini, tim dari GW tersebut bekerja sama dengan perusahaan Onyx Solar. Perusahaan yang berbasis di Spanyol ini dikenal sebagai perancang dan pembuat  bahan photovoltaic yang menghasilkan listrik dari matahari.





 
 

Cabai Pelangi yang Indah, Ingin Menanam?

Beberapa waktu belakangan, cabai warna-warni sedang ramai dibicarakan. Bahkan banyak yang menyebutnya cabai rawit, seru dan unik untuk makan gorengan. Sebenarnya cabai macam apakah ini?
 
Cabai warna-warni berasal dari Amerika Selatan. Ada yang bilang dari Brasil, walau ternyata nama aslinya : Bolivian Rainbow. Cabai jenis ini lebih lazim dipakai sebagai tanaman hias, dan memang laku di dunia online untuk kebutuhan tersebut. Mengapa tidak dikonsumsi, misalnya untuk teman makan gorengan?

Kita lihat data berikut, ya:
* Tingkat kepedasan: 5.000 – 30.000 SHU
* Tinggi tanaman rata-rata: 60-90cm
* Iklim ideal: dataran rendah – tinggi
* Sinar matahari: sepanjang hari
* Media tanam: tanah2 : humus1
* Kebutuhan air: sedang
* Jumlah biji dalam kemasan: 10pc

Nah, cabai warna-warni, atau kita sebut saja Bolivian rainbow sesuai nama aslinya, paling maksimal kepedasannya hanya 30.000 SHU. Bandingkan dengan cabai rawit hijau yang terdapat di pasaran, (SHU) 50,000–100,000. Alhasil, Bolivian rainbow lebih banyak digunakan sebagai tanaman hias.

Bolivian rainbow memiliki perubahan warna yang menarik dari muda ke tua. Perubahan warna inilah yg menyebabkannya disebut rainbow karena dalam satu tanaman warna cabenya bisa berwarna warni. Perubahannya adalah: ungu-kuning-oranye-merah.

 
Tertarik menanamnya? Perawatannya tak terlalu repot, kok. Seperti pada umumnya keluarga cabai sebagai kelompok perdu, cukup perhatikan pemupukan agar lebih produktif.

Karakater tanah atau media tanam yang ideal bagi cabai adalah tanah poros, penuh unsur hara. Media tanam dibuat dari campuran sekam bakar, pasir, pakis kering, tanah, pupuk kandang, dan sedikit pasir. Semua bahan itu dicampur dan diaduk-aduk jadi satu. Baru kemudian dimasukkan dalam pot plastik.

Pot bunga yang baik untuk tanaman cabai, harus ada lubang-lubang di bagian bawahnya. Fungsinya untuk saluran pembuangan air.  Cabai tak bisa tumbuh pada tanah berair, maka perlu ada drainasi pada pot tanaman.

Tahap selanjutnya adalah penyemaian bibit. Bibit cabai diperbanyak melalui biji-bijinya. Pilih biji yang kering, kemudian direndam dalam air baru disebar pada pot-pot bunga. Sirami secara berkala dengan spuyer. Selang lima hari akan muncul tunas-tunasnya

Setelah bibit berukuran 10 cm, bisa dipindah ke pot bunga. Pemindahan harus hati-hati jangan merusak akar dan batang pohon.  Setelah di pindah, perawatan rutin hanyalah disiram. Pada pagi hari ditaruh di luar rumah, tapi jangan terkena matahari langsung sebab bisa layu.  Pohon akan berbuah ketika usia 3 bulan.






Sumber:
jualbibitpremium
bimbingan

Terungkap Penyebab Munculnya Cahaya Misterius Saat Gempa

Selama bertahun-tahun, banyak orang yang menjadi saksi cahaya misterius di langit yang muncul sebelum dan ketika gempa Bumi terjadi. Kini, terungkap sudah penyebab munculnya cahaya misterius tersebut.

Selama ini, kemunculan cahaya berbentuk bola api di langit sebelum terjadi gempa Bumi selalu menjadi misteri besar bagi para ilmuwan. Akhirnya, tim ilmuwan dari NASA Ames Research Center dan San Jose State University serius mencari jawabannya.

Earthquake Lights
Cahaya gempa di Mexico

Untuk menelusuri asal-muasal cahaya misterius itu, para ilmuwan meneliti 65 penampakannya selama 400 tahun terakhir. Lalu, ditemukan jawaban bahwa cahaya misterius itu berasal dari dalam kerak Bumi, melansir Science Recorder.

Para ilmuwan mengidentifikasi adanya arus listrik yang mengalir ke luar dari beberapa jalur patahan gempa Bumi. Kemudian, masing-masing listrik dari sisi patahan itu saling tarik-menarik dan menciptakan bola api di langit.

Untuk diketahui, rata-rata gempa Bumi terjadi pada zona subduksi, tempat tabrakannya lempeng samudera dan lempeng benua. Tapi, kemunculan listrik itu bukan dari zona subduksi, melainkan dari jalur patahan yang ada di lempeng benua.

"Di jalur patahan lempeng benua sangat rawan terjadi gesekan ekstrem, karena akan membentuk palung yang sangat curam. Gesekan ekstrem itu membentuk listrik yang mengalir sampai permukaan Bumi dan menciptakan kilatan cahaya setelah terionisasi di udara," jelas Friedemann Freund peneliti dari NASA Ames Research Center.

Foto amatir cahaya misterius berbentuk bola yang muncul sebelum terjadi gempa bumi
di langit kota L'Aquila, Itali

Sebelumnya, para ilmuwan tidak yakin adanya cahaya misterius yang muncul sebelum terjadi gempa Bumi, dan belum ada laporan ilmiah yang menjelaskan tentang itu.

Tapi, pandangan itu berubah ketika pada tahun 2007 lalu sebuah kamera berhasil merekam kemunculan dua bola cahaya di langit kota L'Aquila, Itali, dan di kota Pisco, Peru, sesaat sebelum terjadi gempa.

Kejadian itu yang kemudian langsung menginspirasi tim ilmuwan dari NASA Ames Research Center dan San Jose State University untuk mencari tahu asal-muasal cahaya misterius tersebut.

Hasil penelitian ini sudah diterbitkan di Jurnal Seismology Research Letters pada 2 Januari 2014.


Sumber :
viva

Suara Pembunuh di Laboratorium

Di Belanda ada sebuah laboratorium milik Large European Acoustic. Laboratorium ini diklaim bisa membunuh manusia. Penyebabnya adalah suara mesin roket yang bisingnya setara dengan suara  1 ton bom TNT.

 
Lalu kenapa ilmuwan repot-repot membuat ruangan yang mereproduksi suara roket? ternyata ini berkaitan dengan program luar angkasa. Suara roket yang keras ternyata bisa merusak struktur satelit, untuk memastikan satelit bisa bertahan selama perjalanan ilmuwan mensimulasikan kondisi tersebut di dalam ruangan ini.

Jika sebuah satelit bisa rusak karena kerasnya suara roket pantas saja kalau LEA mengklaim manusia tidak bisa bertahan di dalam ruangan ini. Untungnya saja ruangan ini sudah dilengkapi pengaman khusus agar suara yang dihasilkan tidak keluar dari ruangan.

 
Ruangan ini memiliki tinggi 50 kaki, cukup ruang untuk menggantung sebuah satelit atau roket. Di sekelilingnya terdapat lubang-lubang yang merupakan speaker raksasa, di injeksi dengan gas Hidrogen, mampu menghasilkan suara sampai 154 desibel. Selama speaker menyala para ilmuwan mengecek Vibration Stress melalui kawat-kawat yang tersambung ke struktur satelit.




Sumber:
anekainfounik.